Rabu, Maret 09, 2011

The Power of Madonna (eh salah). Daun Bawang.

Kau tidak tahu. Kau hanya tidak tahu. Kau tidak tahu *nyanyi lagu dangdut


Riwayat satu snack pun berawal disini.

Disaat gw tengah menyelesaikan salah satu tugas, tiba-tiba datang seseorang. Eh bukan, dua orang lebih tepatnya.
"Oy Din ngapain lo?" *gaya preman
"Lha lo ngapain?" *gaya anak ingusan
Dan dia berdiri di hadapan gw yang tengah lesehan sambil mengeluarkan sebuah bungkusan:
Jeng jeng jeng jeng.


Tanpa pikir panjang, gw yang juga kebetulan gatel, akhirnya langsung membuka bungkusan diatas tersebut, dan melahapnya.
("Idih ijo2 gini" Tapi tetep diganyang.)
Lagi lagi dan lagi sampe akhirnya gw memperhatikan dengan seksama bungkusan (yang juga ijo) tersebut dan menggumam "Daun bawang? Demi apa?"
"Demi apa demi apa... Dari tadi elo udah makanin ga nyadar?" *masih gaya preman
Gw: masih ganyang

Lalu tersadar dari kunyahan, "Eh ini aneh banget deh daun bawang..."
"Lha mana gw tau."
"Elo lagi menjalankan hidup sehat ya, Ki?"
Doi diem. Dan berujar, "Lha elo makan gimana rasanya?"
"Asin doang ini."

Dan kami berdiskusi tentang daun bawang. Ini keajaiban dunia, Sodara-sodara. Daun bawang. Dan tidak hanya itu. Kalian perhatikan nama snacknya: Green Biz. Benar-benar rival sejati bis kuning. Dan tidak hanya itu. Kalian perhatikan sub-namanya. Instead of crackers it said krekers, Sodara-sodara. Sangat nasionalisme.

Perbincangan serta diskusi sengit tentang daun bawang terus terjadi, terlebih lagi dengan datangnya satu oknum lagi yang juga bergabung dan nimbrung ikut meramaikan suasana.
Ini tentang daun bawang, bis kuning, Green Biz, serta krekers.

Dan momen sangat penting ini tidak ingin hanya ditinggalkan begitu saja. Maka mereka memperbudak gw untuk mendokumentasikan saat-saat indah bersama krekers daun bawang tersebut.


The discoverer aka preman


"Kamilah pecinta berat Krekers Daun Bawang." (We are the biggest fans instead of the victim.)

The ambassador of Krekers Daun Bawang. Posed with the beloved krekers, they seem so proud of who they are.

And also, kucing pun tak mau...






The power of Krekers Daun Bawang.
Kau tak tahu kau tak tahu.







Minggu, Maret 06, 2011

I Think I Wanna Marry You (but how?)


Ya Allah ya Tuhanku yang maha besar, maha pengasih, maha penyayang, maha hebat, maha dahsyat, saya cinta dia ya Allah.
Lelaki itu saya cinta dia ya Allah.



Yet, he's kinda killing me.
Should I have a penis first? (oops sorry, a bit frontal)



Oh my Lord!


Sabtu, Maret 05, 2011

Mamma MiGa!

Malam minggu.Apa yang dilakukan orang di malam minggu?

Menonton film. Itu gw.


Nah.

Jadi barusan gw baru nge-REwatch lagi ni drama musikal Mamma Mia!

Berhubung dvd yang tempo tahun gw tonton itu ga bener banget (baca ngadat-ngadat. maklum bajakan. jelek pula), alhasil gw dipinjami temen gw. Yasudah.

Banyak sekali hal-hal yang membuat film ini sangat indah (dimata gw lo ya).

Pertama, karena ini musikal. Eitts, ga sampe disini. Ini musikal yang mengangkat lagu-lagu ABBA. Lagu mereka indah-indah dan itu lagu sudah merasuk ke kuping gw lama sejak saya duduk di bangku TK. Hebat bukan.

Lalu kedua, seting tempatnya itu lo yang ga nahan. Sebuah pulau. Airnya biruuu banget. Mataharinya kuning (yaeyalahya sejak kapan matahari ijo). Tapi sumpah beneran indah banget tempat ini.

Lalu ketiga, aktor serta aktrisnya. Di tokoh pendukung utama ada Meryl Streep, lalu ada Pierce Brosnan, Colin Firth… It’s COLIN FIRTH, Subhanallah…dan laen laen. Nah. Colin Firth. Wink wink. Tu orang punya pesona terpendam, mamen. Emang sih masih gantengan Brosnan. Tapi Colin punya pesona, aksen, curly hair, dan…sesuatu. Gw jatuh cinta lah ya sama tu aktor *nulis di daftar aktor/aktris idaman setelah Hillary Swank.

Lalu yang keempat, lagu-lagu ABBA-nya semakin makin indah setelah diadaptasi di ni film. The song’s list is such an epic novel and it’s so marvelous. Ga pernah kebayang aja gitu ya bisa jadi kayak gitu itu lagu-lagu mereka.

Lau kelima, selaen faktor-faktor pendukung diatas itu, ceritanya juga bagus kok. Suka deh. Simple tapi bagus. Ih ih ih suka.

Lalu lalu lalu, the ending. Disaat semua orang menemukan cinta sejatinya masing-masing, Colin (aduh gw lupa ya namanya) akhirnya menemukan cintanya juga; seorang lelaki. a aa aaa aw awww AWW LELAKI. DIA GAY!!! *usep-usep muka. jambak-jambak rambut. dan sejenisnya* Gw ga tau harus gimana lagi ya disaat menonton scene ketika dia berpelukan dengan salah satu lelaki yang dimaksud itu, gw cuman bangkit dari tidur-tiduran, jongkok di atas kasur, dan (tanpa sadar) merosot dari kasur seketika dengan mulut mangap lebar dan mata melotot dan tangan nepok-nepok karpet (silahkan bayangkan sendiri).


Meeeennn. Belakangan ini, kalo gw udah kecantol sama suatu l.e.l.a.k.i., pasti ada sesuatu di dalam l.e.l.a.k.i.itu.No kidding. Terbukti kok, men.

Apa perlu gw tuturkan? Baiklah.


Pertama Kurt Hummel aka Chris Colfer yang beneran doi gay ya, men.

Lalu salah satu ben klasik dari Inggris, Queen, yang entah kenapa gw seneng aja ama ini ben dan ternyata emang beneran ada sesuatu kalo ternyata si vokalisnya itu gay ya men.

Lalu Jonathan Groff. Sumpah ini orang gantengnya gw ga boong. Malaikat juga tau dah. Gw kepincut dari tampang pada awalnya. Lalu suaranya. Lalu turun ke hati. Lalu turun lagi ke hati setelah tahu ia adalah gay, sodara-sodara. Gile ye gile. Udah pemaen Broadway, pinter nyanyi, pinter maen piano, gay lagi *pingsan

Lalu Eugene. Salah satu tantara muda di serial The Pacific. Kalo itu sih dibilang ganteng ya iya, tapi ga ekstrim ekstrim juga kek si Groff diatas. Selidik punya selidik nama aslinya yaitu Joe Mazzalo (kalo ga salah), dan gossip terbesar d internet seputar dia adalah bahwa dia seorang gay. Semoga itu terjadi ya Allah (doa nista).

Lalu Neil Patrick Harris. Gila awal pertemuan gw (pertemuan??) dengan doi banyak sih lupa, yang jelas gw mule kecantol disaat gw mulai mengikuti How I Met Your Mother. Sumpah ya bok tu orang sinting tapi cerdas. Sarkas tapi cerdas. Oh Gosh elo musti nonton tu serial. Sapa yang nyangka disono, Barney, selalu bermain perempuan tapi di kenyataan dia gay. What up!

Lalu salah satu penulis klasik besar juga, Oscar Wilde, yang juga seorang gay sejati (kalo yang ini ga ada ganteng-gantengnya acan). Selain jenius, doi menyuarakan aspirasi terdalamnya lewat tulisannya. Dan itu di mata gw unik. Jadi mau bagaimana.

Lalu…sapa lagi yak. Ah modar deh. Pokoknya itu itu lah ya gambaran besarnya. Heeh.


Haduh ini katanya mau ngebahas Mamma Mia! Malah berujung pada gay-isme. Baiklah. Yang penting malam mingguan.

Okeh. Selamat malam, malam.

See ya!


*hope I’ll dream one of them tonight (lagi-lagi doa nista)

Jumat, Maret 04, 2011

Balada Burung


gw tau ini waktunya untuk menyelesaikan essay serta persiapan presentasi.
tapi apa daya kalo malay. mending ane posting aje

ya ya ya
inilah dia burung-burung gw.



Doi namanya Yongki karena kata penjual burungnya doi cowok. Yasudah. Eh tapi siapa sangka beberapa bulan kemudian doi bertelor secara tiba-tiba. Sendiri tanpa lelaki. Dan kau tahu, papa pun usul namanya diganti saja menjadi: Mariyam.
(Tapi toh tetep saja namanya tak berubah: Yongki, dan doi tetep bertelor)
Ntar kalo anak2nya udah menetas dan mereka ditanyain temannya, "Eh eh nama mama kamu siapa?" Dan sang anak pun menjawab, "Yongki Yongki Yongki."


Kalo yang ini Siti dan Samsul. Gw terinspirasi dari novel Siti Nurbaya. Hebat bukan! Kata penjual burungnya mereka udah jodoh. Sekandang dari kecil. Tapi apa daya. Kerjaannya berantem mulu dan ampe sekarang belom nelor-nelor. Mungkin Siti masih teringat-ingat akan Datuk Maringgi.


Yongki di masa penelorannya (peneloran??)









Di depan aja terlihat romantis. Tapi apa yang terjadi kalo malam telah tiba. Pertarunagn sengit terjadi. Siti hanya menginkan kehangatan Datuk Maringgi bukan Samsul.


Jadi kesimpulannya, siapa dan dimanakah Datuk Maringgih?