Saya disini cuman mau menuliskan potongan kecil Novel yang sangat membanggakan. Ini potongan satu subbab penuh (walaupun ada bagian akhir yang saya tidak cantumkan).
Bagian/subbab romantis dan cinta membara (aw aw aw). Begini ceritanya:
............................................................................
Roran membuka mata dan menatap kain kanvas di atas kepalanya. Cahaya tipis kelabu merembes ke dalam tenda, membuat warna benda-benda terlihat luntur, menjadikan segalanya tampak bagaikan bayang-bayang pucat. Roran menggigil. Selimut telah merosot sampai kepinggangnya, bagian atas tubuhnya terpampang di udara malam yang dingin. Saat kembali menarik selimut keatas, ia sadar Katrina tidak lagi berada di sebelahnya.
Ia melihat Katrina duduk dekat pintu masuk tenda, menatap langit. Ia mengenakan jubah diatas baju tidurnya. Rambutnya terurai sampai ke pinggang, geraian kusut bewarna gelap.
Ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan Roran saat Ia memperhatikan Katrina.
Menyeret selimutnya, ia duduk di sebelah Katrina. Ia merangkul bahu istrinya, dan katrina bersandar padanya, kepala dan leher wanita itu terasa hangat di dada Roran. Ia mencium dahi Katrina. Selama beberapa waktu, ia menatap bintang-bintang yang gemerlapan bersama Katrina dan mendengarkan suara napasnya yang teratur, satu2nya suara selain suara napas Roran sendiri di dunia yang sedang terlelap.
Kemudian Katrina berbisik, “Bentuk konstelasi bintangnya berbeda disini. Apakah kau menyadarinya?”
“Aye.” Roran memindahkan tangannya, melingkarkannya pada pinggang Katrina dan meraba perutnya yang mulai membuncit.
“Apa yang membangunkanmu?”
Katrina menggigil. “Aku sedang berpikir.”
“Oh.”
Cahaya bintang berpendar di mata Katrina saat ia mamutar tubuh dalam pelukan Roran dan menatapnya. “Aku sedang memikirkan kau dan aku serta bayiku... dan masa depan kita bersama.”
“Pikiran yang berat sekali di malam selarut ini.”
“Sekarang setelah kita menikah, bagaimana rencanamu untuk mengurusku dan anak kita?”
“Itukah yang membuatmu khawatir?” Roran tersenyum. “Kau takkan kelapran; kita punya cukup emas untuk mencegahnya. Lagi pula, kaum Varden akan selalu memastikan sepupu-sepupu Eragon memiliki makanan dan tempat tinggal. Bahkan jika terjadi seduatu padaku, mereka akan terus mengurusmu dan bayi kita.”
“Ya, tapi apa yang akan kau lakukan?”
Kebingungan, Roran memperhatikan wajah Katrina untuk mencari penyebab kegelisahannya. “Aku akan menolong Eragon menghentikan perang ini sehingga kita bisa kembali ke Lembah Palancar dan hidup tenang tanpa rasa takut ada prajurit menyeret kita ke Uru’baen. Apa lagi yang akan kulakukan?”
“Kalau begitu, kau akan berperang bersama Kaum Varden?”
“Kau tahu aku akan melakukannya.”
“Seperti kau akan bertempur hari ini jika Nasuada mengizinkanmu?”
“Ya.”
“Tapi bagaimana dengan bayi kita? Pasukan yang bergerak terus bukan tempat yang layak bagi bayi.”
“Kita tidak bisa melarikan diri dan bersembunyidari kekaisaran, Katrina. Kecuali kaum Varden menang, Galbatorix akan mencari dan membunuh kita , atau ia akan mencari anak-anak kita, cucu-cucu kita. Dan kurasa kaum Varden tidak akan berhasil jika semua orang tidak berusaha semaksimal mungkin untuk membantu.”
Katrina meletakkan bbir di jari Roran. “Kau adalah cintaku satu-satunya. Tidak ada pria lain yang mencuri hatiku. Aku akan melakukan apa saja demi meringankan bebanmu. Aku akan memasak untukmu, membetulkan pakaianmu, dan membersihkan baju besimu... Tapi begitu melahirkan aku akan meninggalkan pasukan ini.”
“Pergi!” Roran menegang. “Itu omong kosong! Kau akan pergi ke mana?”
“Dauth, mungkin. Ingat, Lady Alarice menawari kita tempat berteduh, dan beberapa kaum kita masih disana. Aku tidak akan sendirian.”
“Jika kau pikir aku akan membiarkanmu dan bayi kita yang baru lahir melintasi Alagaesia sendirian-“
“Kau tidak perlu berteriak.”
“Aku tidak berteriak-“
“Ya, kau berteriak.” Mengatupkan kedua tangan Roran pada tangannya sendiri dan menekannya di dadanya, Katrina berkata, “Disini tidak aman. Jika kita hanya berdua, aku bisa mengahdapi bahaya, tapi aku tidak akan mempertaruhkan nyawa bayi kita. Aku mencintaimu, Roran, aku sangat mencintaimu, tapi kita harus mendahulukan kepentingan anak kita daripada kepentingan diri kita sendiri. Jika tidak, kita tidak pantas disebut orang tua.” Air matanya memantulkan cahaya, dan Roran sendiri merasakan matanya basah. “Lagi pula, kaulah yang meyakinkanku meninggalkan Carvahall dan bersembunyi di pegunungan Spine ketika para prajurit menyerang. Ini tidak ada bedanya.”
Bintang-bintang bagai berenang-renang di mata Roran ketika pandangannya menjadi kabur . “Lebih baik aku kehilangan tangan daripada berpisah lagi denganmu.”
Katrina mulai menangis, isakannya yang tanpa suara membuat tubuhnya terguncang-guncang. “Aku juga tidak akan meninggalkanmu.”
Roran mengeratkan pelukannya dan tubuhnya bergoyang ke depan dan ke belakang bersama Katrina. Ketika tangis Katrina sudah reda, Roran berbisik di telinganya, “Lebih baik aku kehilangan tangan daripada berpisah denganmu, tapi lebih baik aku mati daripada membiarkan orang menyakitimu... atau anak kita. Jika kau akan pergi, kau sebaiknya pergi sekarang, sementara masih mudah bagimu untuk bepergian.”
Katrina menggelengkan kepala. “Tidak. Aku ingin Gertrude yang membantu kelahiran anak kita. Ia satu-satunya orang yang kupercaya. Lagi pula, jika ada kesulitan, lebih baik aku berada di sini, tempat banyak penyihir yang terlatih untuk menyembuhkan.”
“Tidak akan ada kesulitan.” kata Roran. “Segera setelah anak kita lahir, kau akan pergi ke Aberon, bukan Dauth; disana lebih kecil kemungkinan untuk diserang. Dan jika Aberon menjadi terlalu berbahaya, kau akan pergi ke Pegunungan Beor untuk tinggal bersama kaum kurcaci. Dan jika Galbatorix menyerang kaum kurcaci, kau akan pergi ke kaum Elf di Du Weldenvarden.”
“Dan jika Galbatorix menyerang Du Weldenvarden, aku akan terbang ke bulan dan membesarkan anak kita diantara para spirit yang tinggal di langit.”
“Dan mereka akan mnyembahmu dan menjadikanmu ratu, seperti yang layak kau dapatkan.”
Katrina semakin merapat pada Roran.
Bersama-sama, mereka duduk dan menatap saat, satu demi satu, bintang-bintang lenyap dari langit, tertutup cahaya yang memancar dari timur. Ketika yang tertinggal hanya bintang pagi, Roran berkata, “Kau tahu apa artinya ini bukan?”
“Apa?”
“Aku hanya harus memastikan kami membunuh semua prajurit Galbatorix, mengambil alih semua kota di Kekaisaran, mengalahkan Murtagh dan Thorn, serta memenggal kepala Galbatorix dan naga pengkhianatnya sebelum waktunya kau melahirkan. Dengan begitu, kau tidak perlu pergi.”
Katrina terdiam selama beberapa saat, kemudian berkata, “Jika kau bisa melakukannya, aku akan sangat berbahagia.”
......................................................................
Sumpah... Gw abis baca ni bagian.... Nangis.
Hahaha... lebay. Nggak. Paling gw sesenggukan dibuat-buat. Pengen nangis kagak ada yang tumpah di mata gw. Nahan napas pengen gampar orang, tapi gak ada yang digampar. Huaaahhh..... kalo ada orang yang paling pengen gw gampar saat itu, itu cuman satu: si Chris Paolini sendiri. Gila.... pengen gw gampar tu orang. Shit banget jadi orang.TIDAKK!!
Pokoknya.... gitulah. Anying banget emang si Polini itu kalo nulis. Penulisannya selalu menakjubkan, belum lagi ceritanya yang sangat luar biasa... dan selalu ngebuat gw merinding.. sumpah.
M-E-R-I-N-D-I-N-G.
Cuih!
haha anda memang selalu lebay saudara dini...
BalasHapustapi tak apa lah setiap manusia pasti punya sisi ke-lebay-an terhadap sesuatu yang digilainya....
iya ni saudara Tano.
BalasHapussaya memang suka begini kalo sama orang2 keren.
ahahaha...
terlalu banyak orang keren di dunia ini.
saya Iri!!
huuaaaa